Karimun, kabarkarimun.co.id – Perusahaan umum daerah (perumda) tirta mulia karimun nyatakan akan terus berbenah demi peningkatan pelayanan bagi masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan direktur perumda tirta mulia karimun Herry Budhiarto, S.T kepada tim kabarkarimun.co.id, selasa (23/05/2023).
“Dalam pelayanan, perumda tirta mulia memperhatikan 4 K, Kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan. Terkait soal keterjangkauan, saat ini tarif air bersih untuk masyarakat sudah sangat terjangkau, dimana pelayanan minimal air bersih sebanyak 10 kubik (50 drum) itu dijual hanya seharga Rp.36.500,-,” ungkapnya.
Terkait kuantitas, Herry menjelaskan dulunya kapasitas perumda tirta mulia karimun sangat kecil sehingga sempat over kapasitas, namun setelah ada kapasitas baru yakni di danau sentani, saat ini perumda tirta mulia sudah idle kapasitas sehingga kuantitas sudah dicapai.
“Untuk kontinuitas, saat inilah mulai dibenahi, dimana perumda tirta mulia karimun mendapatkan support dari pemda karimun, dari dana pokir anggota dprd karimun untuk pengembangan jaringan,” lanjutnya.
Selain itu, pembenahan terhadap perbaikan mesin dan pipa juga demi tercapainya kontinuitas juga sudah dilakukan oleh perumda tirta mulia karimun dengan
“Beberapa titik yang dulunya penyaluran airnya macet saat ini sudah kita benahi dan air di beberapa titik itu sudah lancar mengalir, kalaupun ada macet itu disebabkan kebocoran pipa, penyumbatan pipa, atau mesin rusak sehingga harus dilakukan perbaikan yang memang agak memakan waktu,” tuturnya.
Herry mengatakan, saat ini perumda tirta mulia karimun sudah melayani sebanyak lebih kurang 8700 pelanggan yang tersebar di karimun.
“Yang terakhir terkait kualitas, awalnya dulu kualitas air jernih, baik yang di danau sentani maupun di sungai bati, namun di pertengahan 2022 dulu, kualitas menurun sehingga menyebabkan air tersebut berwarna, dan air yang keruh dengan air berwarna itu berbeda,” cetusnya.
Menurut Herry, jika air tersebut keruh, hanya perlu ditambahkan beberapa dosis baki maka kotoran di air akan terikat selanjutnya dikuras sehingga yang tersisa hanyalah air bersih.
“Kalau air berwarna itu harus menggunakan cukup banyak dosis bahan kimia yang digunakan yakni alum dan soda, sehingga pada pertengahan tahun 2022 terjadi peningkatan pemakaian bahan kimia hingga 100% dan oleh sebab itu timbul banyak flek,” jelasnya.
Akibat banyaknya flek tersebut, perumda tirta mulia harus rutin membersihkan bak filter, bak pengolahan dan bak reservoir agar flek tersebut tidak mengotori air yang dialirkan ke rumah-rumah.
“Dulunya kita cukup membersihkan bak itu setahun dua kali karena kualitas air masih bagus, cuma dari pertengahan tahun 2022, dalam setahun kami barus membersihkan bak sebanyak 4 kali,” sambungnya.
Namun perumda tirta mulia tetap berusaha untuk meningkatkan kualitas ditengah kondisi air berwarna tersebut. Terbukti dengan usulan yang disampaikan langsung ke pusat melalui provinsi untuk penambahan bak pengolahan tersebut.
“Kami sudah lakukan konsultasi ke provinsi, sehingga APBN dari pusat untuk pengajuan penambahan bak pengolahan ini bisa masuk ke provinsi, karena anggarannya cukup besar yakni mencapai 5 miliar rupiah, sehingga pemerintah daerah belum bisa menganggarkan lewat APBD, Tahun kemarin saja kita mendapatkan bantuan sebesar 4,6 miliar rupiah dari APBD dan itu di alokasikan se optimal mungkin untuk skala prioritas seperti perbaikan mesin, ponton, jaringan dan segala macamnya,” tutupnya.(nku)




