Selama ini hipertensi masih menjadi masalah utama, menurut WHO (World Health Organization) penyakit ini diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi.
Diperkirakan 46% orang dewasa penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Kurang dari separuh orang dewasa (42%) penderita hipertensi didiagnosis dan diobati.
Sekitar 1 dari 5 orang dewasa (21%) dengan hipertensi dapat mengendalikannya. Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Penderita hipertensi berusia ≥ 15 tahun di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2021 sebanyak 409.655 dengan jumlah estimasi penderita hipertensi berusia ≥ 15 tahun tertinggi terdapat di Kota Batam sebanyak 235.689 orang. (Profil Kesehatan Prov. Kepri 2021).
Banyak penderita hipertensi tidak menyadari gejalanya dan mungkin tidak menyadari adanya masalah. Gejalanya bisa berupa sakit kepala di pagi hari, mimisan, irama jantung tidak teratur, perubahan penglihatan, dan telinga berdengung.
Bentuk yang lebih parah mungkin menunjukkan kelelahan, mual, muntah, kebingungan, kecemasan, nyeri dada, dan tremor otot. Jika tidak diobati, hipertensi dapat menyebabkan nyeri dada yang terus-menerus (disebut juga angina), serangan jantung, gagal jantung, dan detak jantung tidak teratur, yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Hipertensi juga dapat menyebabkan stroke karena penyumbatan atau pecahnya arteri yang memasok darah dan oksigen ke otak, serta kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan pada jantung dengan mengeraskan arteri dan mengurangi aliran darah dan oksigen ke jantung. Penanganan untuk penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi.
Permasalahan pada penderita hipertensi yang paling sering terjadi adalah terkait dengan kepatuhan dalam konsumsi obat. Banyak dari penderita hipertensi yang menolak untuk rutin minum obat hipertensi dalam waktu yang lama karena khawatir akan komplikasi/ efek samping yang ditimbulkan dari obat yang dikomsunsi. Mengurangi faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah cara terbaik untuk mencegah hipertensi.
Sekarang ini mulai banyak dikembangkan penatalaksanaan secara nonfarmakologi karena minim efek samping. Optimalisasi dalam kegiatan sehari-hari dapat membantu menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi untuk mencegah terjadinya hipertensi emergensi.
Terapi nonfarmakologis meliputi diet, olahraga, dan manajemen stres. Salah satu teknik untuk mengurangi stress adalah teknik relaksasi. Teknik relaksasi ini mampu mengurangi ketegangan dan kecemasan serta stresdengan melatih pasien untuk secara sadar mengendurkan otot-otot tubuhnya.
Teknik ini mampu mengurangi ketegangan, stress, depresi dan membantu menurunkan tekanan darah dianjurkan untuk melakukan terapi farmakologi dan non farmakologi karena dapat membantu menurunkan tekanan darah secara keseluruhan.
Terapi relaksasi dapat dilakukan dengan banyak cara, antara lain genggam jari dan genggam tangan dan nafas dalam. Menggenggam jari-jari Anda saat menarik napas dalamdalam dapat mengurangi ketegangan fisik atau emosional.
Teknik relaksasi genggaman jari ini selanjutnya akan dapat menghangatkan titik masuk dan keluar energi pada meridian (jalur energi dalam tubuh) pada jari-jari untuk kemudian memberikan efek stimulasi.
Spontan pada saat menggenggam, kemudian stimulus mengalir ke otak, kemudian diteruskan ke saraf organ yang terganggu, sehingga sumbatan pada jalur energi akan dihaluskan.
Adapun genggam jari yang dimaksud adalah menggenggam jemari satu persatu, dari jempol menuju ke kelingking secara bergantian dengan menggunakan tangan yang berlawanan, sehingga terasa denyut nadi dari genggaman.
Manfaat ilmiah dari genggam tangan yaitu ketika ada tekanan dalam sentuhan, detak jantung akan turun, dan tekanan darah akan turun.Aktifitas fisik akan memperkuat kerja otot, memperlancar aliran darah dan mempermudah jantung memompa darah. sehingga akan menyebabkan turunnya tekanan diastolik sedangkan pada tekanan sistolik dapat menurun karena adanya pemberian terapi genggam jari dan nafas dalam secara teratur yang dilakukan selama 6 kali dalam 2 kali sehari. Terapi ini dilakukan selama 3 hari, dan dilakukan selama 30 menit.